Obama |
Rencana kunjungan pimpinan negara adikuasa ini, tak hanya menimbulkan pro dan kontra. Tak hanya di dalam negeri, tapi juga di AS sendiri. Apalagi misi muhibah tersebut tidak begitu jelas, sehingga menimbulkan syak wasangka.
Hal ini lantaran kebiasaan AS yang bermuka dua dalam kebijakan luar negerinya, bermanis-manis di luar tapi punya misi tersembunyi untuk keuntungan sendiri.
Dalam kunjungan Obama ini, sumber Indo1 Group menyebutkan, misi perusahaan tambang emas Freeport yang beroperasi di tanah Papua, berada di balik presiden pertama AS dari ras kulit berwarna tersebut. Hal ini setelah berbagai pihak di Indonesia, mulai menguatak-atik kembali eksistensi Freeport.
Apalagi pemerintah Indonesia melalui Menteri Pertambangan dan Energi semasa Purnomo Yusgiantoro sudah pernah mengajukan peninjauan soal royalti yang selama ini hanya 1 persen menjadi 3,5 persen. “Kontrak karya Freeport sangat merugikan Indonesia,” ujar sumber tersebut.
Memang bukan rahasia lagi, kalau kontrak karya seri pertama Freeport yang diturunkan dari UU Pertambangan Nomor 11 Tahun 1967, sangat merugikan bangsa Indonesia. Menurut sumber informasi Indo1 Group, UU ini didiktekan sendiri oleh Rockefeller kepada tim ekonomi pemerintah Indonesia, dalam suatu pertemuan di Swiss untuk memuluskan masuknya Freeport ke Indonesia kala itu.
Kontrak karya pertama Freeport sendiri ditandatangani pada 1967 untuk masa 30 tahun, dan berakhir tahun 1997. Namun tahun 1991, Freeport sudah menyodorkan perpajangan kontrak kedua untuk masa 30 tahun berikutnya, dengan dua kali perpanjangan 10 tahun. Kontrak 30 tahun kedua akan habis masa berlakunya pada 2021, yakni sekitar 11 tahun dari sekarang.
Sas-sus yang berkembang, Freeport merasa belum tenang, lantararan dua kali perpanjangan 10 tahun, alias 20 tahun belum tentu bisa direalisasikan akibat dinamika politik dalam negeri Indonesia yang sulit ditebak.
Sumber Indo1 Group menyebutkan, Freeport ingin memastikan perpanjangan dua kali 10 tahun tersebut dapat direalisasikan dengan tekanan dari pemerintah AS melalui kunjungan Obama. Sehingga operasional Freeport bisa langgeng hingga tahun 2041, ketika kandungan emas maupun tembaga dan nikel di wilayah Papua, sebagaimana hasil penelitian Freeport sendiri, seperti pernaha ditegaskan Presdir PT Freeport Indonesia FI Armando Mahrel, sudah habis. (*)
0 komentar:
Posting Komentar